Hot Stuff

Monday, February 13, 2012

:: Kehancuran Alam Semesta ::


Oleh :  Ustaz  Umar Mohd Nor
Sumber : Majalah Solusi


Jika penyakit lumpuh adalah kehilangan kendali atas sesebuah anggota badan, maka maut adalah lumpuh yang menimpa seluruh anggota badan.

Setelah semua tanda-tanda kiamat yang telah diberitakan Nabi s.a.w. hadir di pentas dunia, maka kiamat yang ditunggu-tunggu segera berlaku. Ibarat seorang wanita yang sepanjang sembilan bulan lamanya merasakan beratnya mengandung, akhirnya hari kelahiran yang ditunggu-tunggu itu tiba.

Firman Allah yang bermaksud: “Apabila sangkakala itu ditiup dengan sekali tiup. Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung lalu dihancurkan sekali hentakan. Maka pada hari itulah terjadi Kiamat.” (Al-Haqqah 69:13-15).

Alam semesta menyaksikan kehancuran manusia, dan maut merenggut semua makhluk yang hidup sama ada yang berada di langit dan bumi tanpa meninggalkan seorang pun.


Peristiwa ini terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Semua manusia meninggal dunia dalam keadaan terkejut dan tanpa persiapan apa-apa.

Rasulullah s.a.w bersabda, “Demi Allah, kiamat akan tiba ketika dua orang penjual beli sedang membentang kain dagangan mereka. Mereka tidak sempat bertransaksi atau melipat kembali barang itu. Kiamat akan tiba ketika seseorang telah memerah susu ternaknya namun belum sempat menikmatinya. Kiamat akan tiba ketika seseorang baru saja memperbaiki kolam namun belum sempat meminum airnya. Kiamat akan tiba ketika seseorang telah mengangkat suapan namun belum sempat memakannya.” (HR Al-Bukhari).

Pada hari yang sangat dahsyat ini, semua manusia, bahkan semua makhluk hidup, merasakan maut bersama-sama. Jika sebelumnya seseorang hanya menyaksikan kematian, pada hari ini ia merasakannya. Semua ini menandakan berakhirnya bahagian pertama dari kitab kehidupan dan bermulalah bahagian kedua yang sangat menentukan.


Hakikat Kematian

Imam Abu Hamid Al-Ghazali menjelaskan bahawa kematian sebenarnya hanyalah perubahan kondisi yang dialami roh dari memiliki kuasa penuh atas jasad kepada kehilangan kuasa itu. Roh yang sebelumnya dengan berleluasa menggunakan mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan semua anggota jasad yang lain sebagai alat bantunya, pada saat ini ia tidak mampu melakukannya lagi.


Jika penyakit lumpuh adalah kehilangan kendali atas sesebuah anggota badan, maka maut adalah lumpuh yang menimpa seluruh anggota badan.
Apabila hal itu terjadi, ia bagaikan orang yang baru bangun dari tidur panjang dan tersingkap di depan matanya hakikat-hakikat yang selama ini ia lalaikan. Hakikat yang pertama kali dia dapat melihat semua amalan yang dilakukan selama hidup berserta balasan yang dijanjikan.


Jika amalan yang dilakukan selama ini baik, maka ketenangan dan kegembiraan segera memenuhi hatinya. Malaikat Maut datang kepadanya dengan penampilan yang menyejukkan sambil membawa jemputan Ilahi, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Al-Fajr: 27-30).

.
Rohnya segera keluar dari jasad dengan mudah tanpa sebarang seksaan. Malah bagi orang tertentu, maut adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang merasa terpenjara di dunia yang sempit ini sejak lama dan menunggu hari pembebasan dengan tidak sabar.

Bagi mereka, maut adalah gerbang kebebasan yang akan membawa ke alam yang penuh keindahan dan menjumpai kekasih yang dicintai. Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash berkata, “Perumpamaan seorang mukmin yang melepaskan rohnya ibarat seseorang yang tertawan di dalam penjara lalu dibebaskan daripadanya.”


Abu Darda ra berkata, “Aku mencintai kematian kerana rinduku kepada Tuhan.”
Rabi’ bin Khaitsam berkata, “Tidak ada sesuatu yang ditunggu-tunggu mukmin yang lebih baik daripada kematian.”

Imam Al-Ghazali berkata, “Kelazatan terbesar ditemui para syuhada yang terbunuh di jalan Allah. Sebab mereka tidak maju ke medan perang melainkan setelah memutuskan segala hubungan dengan dunia dan sangat merindui berjumpa dengan Allah s.w.t.”


Kisah-kisah tentang hal ini sangat banyak, salah satunya diriwayatkan Al-Hafiz Abu Nu’aim dalam “Hilyat Al-Awlia” dari Hatim Al-Asham, “Suatu ketika kami bersama Syaqiq Al-Balkhi dalam suatu peperangan melawan bangsa Turki. Hari itu sangat mengerikan, kepala banyak yang berterbangan dan pedang-pedang banyak yang patah. Syaqiq bertanya kepadaku, “Bagaimana perasaanmu saat ini? Demi Allah, perasaanku saat ini sama seperti perasaanku pada malam pengantin.”

.
Perhatikan juga kisah yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari Said bin Abdul ‘Aziz Al-Tanukhi, “Tidak ada orang yang pernah melihat bidadari dalam keadaan sadar (tidak bermimpi) selain Abu Mukhramah. Suatu hari ia pergi untuk suatu hajatnya. Tiba-tiba ia melihat seorang bidadari di dalam sebuah kubah, di atas tempat tidurnya. Ketika melihatnya, Abu Mukhramah segera memalingkan wajah. Bidadari itu segera berkata, “Datanglah ke sini, wahai Abu Mukhramah. Aku isterimu dan ini isteri fulan.” Ia kemudian kembali kepada teman-temannya dan menceritakan hal itu. Mereka segera menulis wasiat kemudian mati syahid bersama-sama.”


Meski begitu, sebuah hadis menceritakan bahawa maut tetap menyakitkan dan pedihnya masih terasa hingga bertahun-tahun kemudian. Imam Ahmad meriwayatkan dalam bahagian “al-Zuhd”, daripada Jabir bin Abdillah bahawa Rasulullah s.a.w. bercerita tentang sekelompok orang dari Bani Israil yang mendatangi sebuah perkuburan.


Mereka berkata, “Mari kita solat dua rakaat lalu berdoa agar Allah mengeluarkan seseorang yang telah mati untuk kita tanyakan kepadanya tentang kematian.” Mereka lalu melakukan usulan tersebut. Tiba-tiba, seorang lelaki mengeluarkan kepalanya dari kubur. Di dahinya terlihat tanda sujud. Ia berkata, “Apa yang kalian inginkan dariku? Aku mati seratus tahun lalu, namun pedihnya masih aku rasakan hingga saat ini. Mintalah agar Allah mengembalikan aku ke tempatku semula.”
.
Jika seperti itu keadaan orang yang mati dalam iman, kita tidak dapat membayangkan terseksanya orang yang mati sambil membawa amalan yang buruk apatah lagi kekafiran, na’uzu billah. Namun kita dapat memperkirakan bahawa hatinya pasti dipenuhi kengerian. Dengan sekuat tenaga ia memekik dan melawan agar tidak keluar dari jasad, namun Malaikat Maut jauh lebih kuat darinya.


Sekuat apa pun perlawanan dan pekikan yang dilaungkan, ketentuan Allah tidak dapat dirubah. “Andai engkau melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): Rasakanlah seksa yang membakar. Hal ini demikian disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya.(Al-Anfal:50-51).


Mereka adalah orang-orang yang hatinya telah menyatu dengan dunia dan melupakan akhirat sama sekali. Sehingga ketika masa perpindahan tiba dan negeri akhirat diperlihatkan, mereka menolak untuk berpindah ke tempat yang baru. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik pernah bertanya kepada seorang ulama tabiin yang bernama Abu Hazim Salamah bin Dinar, “Mengapa kami takut mati?” Abu Hazim menjawab, “Kerana kalian memakmurkan rumah kalian di dunia dan meruntuhkan rumah kalian di akhirat. Maka kalian takut berpindah dari kemewahan kepada keruntuhan.”


Mengingat Kematian

Mengingat kematian akan mendorong seseorang mempersiapkan diri untuk perjalanan ke akhirat. Dan hal itu menjadi faktor utama yang mendorong dirinya untuk melakukan perbuatan mulia sekali gus menjadi penghalang daripada tercetusnya perbuatan tercela.


Oleh sebab itu, Rasulullah s.a.w bersabda, “Perbanyaklah mengingati penghancur kelazatan, iaitu maut.” (HR Ibn Hibban). Dari Syaddad bin Aus bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda, “Orang yang pandai ialah orang yang selalu memeriksa dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah mati.” (HR Al-Tirmidzi).

Ibn Al-Mubarak meriwayatkan dari Malik bin Mighwal (Imam Ahmad meriwayatkannya dari Ibn ‘Uyainah), “Seorang laki-laki pernah dipuji di hadapan Rasulullah s.a.w. lalu Baginda bertanya, “Apakah ia sering mengingati kematian?” Mereka menjawab, “Tidak selalu.” Baginda berkata, “Orang itu tidak layak dipuji.” Riwayat ini mursal.


Mengingati kematian telah mewarnai kehidupan tokoh ulama, sahabat dan tabiin. Oleh sebab itu, Abdullah bin Mas’ud pernah marah kepada orang yang dilihatnya tertawa ketika menghantar jenazah. Ia berkata, “Kau tertawa ketika menghantar jenazah? Aku tidak akan berbicara denganmu selama-lamanya.”


Zuhair Al-Aqtha berkata, “Setiap kali Ibn Sirin mengingatkan kematian, semua anggota tubuhnya seakan lumpuh.” Qubaisah bin ‘Uqbah berkata, “Setiap kali aku duduk bersama Sufyan Al-Thauri, aku selalu mengingati kematian. Sebab tidak ada orang yang lebih banyak mengingat kematian daripadanya.”

Lebih hebat dari itu, Imam Al-Dzahabi bercerita tentang Rib’ie bin Khirasy Al-Ghatafani, seorang ulama tabiin yang bersumpah tidak akan tertawa hingga ia mengetahui apakah dia seorang penghuni syurga atau penduduk neraka. Sejak itu, ia tidak pernah dilihat tertawa hingga pada hari dicabut nyawanya. Pada hari kematiannya itu, wajahnya terlihat tersenyum. Kisah yang serupa diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab “Al-Zuhd” terjadi pada diri Ghazwan Al-Kufi.


Sunyi
Setelah seluruh alam semesta ini hancur tidak tersisa, hanya kesunyian yang memenuhi alam ini. Al-Quran menceritakan bahawa pada hari itu, Allah s.w.t. melipat langit dan bumi seperti lipatan buku lalu berkata, “Siapakah yang paling berkuasa hari ini?” Tidak ada jawaban. Lalu Allah sendiri yang menjawab, “Allah yang Maha Esa dan Maha Kuat.” (Al-Ghafir:16).


Tuesday, February 7, 2012

:: Perempuan Tahukah Kamu Sangat Mahal? ::


Oleh : Hilal Asyraf

Ketahuilah bahawa, makhluk yang paling saya sayangi di atas dunia ini adalah perempuan.

Percaya? Saya bukan nak main gula-gula di sini. Tetapi saya serius menyatakannya. Ketahuilah bahawa, makhluk yang paling saya sayangi di atas dunai ini adalah perempuan.
Mengapa?

Jika yang lelaki bertanya, saya mungkin memahami. Tetapi perempuan, jika kamu yang bertanya, maka saya kehairanan.

Apakah kamu tidak tahu megapa saya sayangi kamu? Adakah kamu tidak menyedari betapa istimewanya kamu?

Aku dari rahim seorang perempuan

Kalau difikirkan semula, tiada lelaki yang dilahirkan selain dari rahim ibu melainkan Nabi Adam AS. Perhatikanlah Sultan, pemerintah, perdana menteri, laksmana, tentera, pegawai, jurutera, doktor, doktor falsafah, genius, semuanya dilahirkan dari perut seorang perempuan.

Saya, dari rahim seorang perempuan juga.

Tiada manusia dilahirkan hebat. Mereka semua dilahirkan sebagai manusia biasa. Tetapi biasanya manusia-manusia hebat ini mempunyai ibu yang hebat di sisi mereka. Yang mendidik dan memberikan suasana kepada mereka semenjak kecil.

Mengapa pula saya tidak menyayangi perempuan? Mengapa pula saya tidak mengambil berat terhadap mereka? Dari rahim mereka lahirnya pewaris masa hadapan!

Sekiranya saya membiarkan perempuan rosak, dirosakkan, merosakkan diri mereka, maka sama sahaja dengan saya membiarkan masa hadapan dunia hancur, gelap, kelam dan hitam.

Jangan lupa, dari rahim perempuan juga lahirnya penderhaka, penjenayah, perogol, pencuri, yang ingkar kepada Allah, pembohong, dan banyak lagi manusia-manusia yang mencorakkan dunia dengan kehitaman. Hatta Barrack Obama  juga lahir dari perut seorang perempuan.

Sekiranya perempuan yang menggendong masa hadapan dunia selama 9 bulan 9 hari ini rosak, di mana masa hadapan dunia?

Mustahil saya tidak menyayangi perempuan. Maka tiadalah harapan yang saya inginkan, melainkan perempuan juga menyayangi diri mereka dan menjaga peribadi mereka daripada perkara yang Allah larang dan murka.

Perempuan sayap kiriku

Saya hendak berkahwin dengan siapa? Mustahil dengan lelaki. Baik macam mana pun saya dengan mereka, mustahil saya akan berkahwin dengan mereka.
Saya akan berkahwin dengan seorang perempuan.

Mustahil saya tidak menyayangi kaum ini. Yang menjadi isteri-isteri dan pendamping kepada lelaki. Yang menjadi pengawal kepada segala rahsia seorang lelaki. Yang menjadi guru kepada anak-anak seorang lelaki. Yang menjadi penenang dan penyejuk mata serta pendamai jiwa seorang lelaki.

Kestabilan seorang perempuan, menjamin kestabilan seorang lelaki.

“Apabila enta bangun tidur dan melihat isteri enta di sebelah, enta akan merasakan keajaiban penciptaan Allah SWT” ~ Pakcik Rosdi. Dan dia berkata dalam keadaan tersenyum. Hidupnya bahagia dengan ketenangan isterinya: Cikgu Maimunah

Maka mustahil saya hendak membiarkan perempuan rosak, dirosakkan atau merosakkan diri mereka sendiri. Kerana mereka adalah penjaga-penjaga lelaki di satu sisi. Suami-suami memerlukan isteri-isteri yang solehah, yang baik, yang taat kepada Allah dalam rangka hendak membangunkan ummah.

Tidak dinafikan isteri-isteri juga memerlukan suami-suami yang baik. Tetapi bukan sedikit lelaki yang berubah kerana cinta seorang perempuan. Maka mengapa perempuan tidak mempersiapkan diri mereka lebih sedikit untuk mengubah seorang lelaki dengan cinta?

MasyaAllah.

Saya amat menyayangi perempuan. Maka tiadalah harapan saya melainkan perempuan menyayangi diri mereka sendiri. Menjaga diri dari kerosakan. Menjaga diri dari kemungkaran. Mempersiapkan diri menjadi hamba Allah yang taat. Buat apa yang disuruh, meninggalkan apa yang dilarang.

Maka amat menyedihkan saya jika…

Bila sayang, akan datang ambil berat. Semestinya demikian. Saya amat hairan kalau seseorang itu menyatakan sayang kepada si fulan: “Aku sayang sangat dengan kau” kemudian dia melemparkan si fulan itu ke dalam api. Mustahil itu adalah sayang.

Maka kerana sayang itu jugalah saya akan terluka apabila melihat perempuan-perempuan berkeliaran tanpa menutup aurat. Kerana sayang itu jugalah saya akan tercedera apabila melihat ada perempuan-perempuan tidak menjaga maruah mereka dan berpeleseran dengan lelaki tanpa segan silu. Kerana sayang itu jugalah saya akan terasa apabila melihat perempuan-perempuan menayangkan akhlak buruk mereka. Kerana sayang itu jugalah saya akan tercucuk dengan perempuan yang tiada rasa malu pada diri mereka.

Kalaulah perempuan tahu bahawa mereka memegang nasib dunia. Mereka bakal ibu dan isteri. Ibu kepada anak dan isteri kepada suami. Nyatakan kepada saya bagaimana mereka ini tidak memberikan kesan kepada dunia? Semestinya mereka ini memberikan kesan. Dan kesan yang diberikan oleh kamu wahai perempuan, bukannya sedikit bahkan besar.

Sudah wujud di dalam sejarah, kerajaan hebat jatuh kerana seorang perempuan. Sudah wujud di dalam sejarah, abid hebat jatuh kerana seorang perempuan.

Sebab itu saya sangat menyayangi perempuan dan sering memikirkan mereka.
Apakah perempuan-perempuan memikirkan diri mereka sendiri?

Penutup:
Jika sayang ini tidak berbalas, tidak mengapa. Tetapi…

Jika sayang ini tidak berbalas, tidak mengapa. Bukan tujuan saya menulis artikel ini untuk disayangi perempuan. Tetapi tujuan saya menulis artikel ini untuk perempuan menyayangi diri mereka sendiri.

Maksud sayang pada saya adalah = Hendak masuk syurga bersamanya.

Maka kalau tak nak masuk syurga dengan saya, at least kamu kena lah rasa hendak masuk syurga dengan diri kamu wahai perempuan. Maka jagalah diri, persiapkan peribadi. Kamu pemegang masa hadapan dunia. Dan tiada yang memberikan kesan lebih besar terhadap dunia selain kamu wahai perempuan.

Kalaulah kamu tahu betapa sejuknya mata ini melihat perempuan-perempuan yang berakhlak. Kalaulah kamu tahu betapa senangnya jiwa ini melihat perempuan-perempuan yang pemalu. Kalaulah kamu tahu betapa seronoknya kalbu ini melihat perempuan-perempuan yang menutup aurat. Kalaulah kamu tahu betapa tenangnya diri ini melihat perempuan-perempuan yang menjaga batas pergaulan.

Wahai perempuan, tidakkah kamu memandang diri kamu berharga?
Maka jangan murahkan.
Siapkan dirimu untuk menggoncang masa hadapan dengan keimanan dan ketaatan.
Bukan dengan kehancuran dan kerosakan.
Sungguh, saya merayu di sini. Agar kamu mencintai diri sendiri.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...